Proses melahirkan dapat juga berbahaya, bahkan yang
dilakukan di rumah sakit yang paling steril sekalipun. Namun demikian,
lingkungan dan kondisi yang tidak higienis menambah ancaman mematikan bagi
bayi, yaitu tetanus pada bayi baru lahir atau neonatal. Pada Jumat,
21 Juli 2017 dalam ‘Latest news WHO : Discovering who misses out on
health: the example of Indonesia’, kita mendapat pelajaran dari keberhasilan
program penghapusan tetanus neonatal. Apa yang sebaiknya diketahui?
Tetanus neonatal kerap disebut ‘silent killer’, karena
penyakit ini menyebabkan banyak bayi baru lahir meninggal secara cepat di
rumah. Penghapusan tetanus neonatal berarti bahwa kejadian tetanus pada bayi
baru lahir telah dikurangi menjadi kurang dari 1 kasus per 1.000 kelahiran
hidup, pada semua kabupaten di seluruh negara. Tetanus neonatal dapat
dicegah dengan vaksin yang murah, namun wanita yang miskin atau tinggal di
daerah terpencil seringkali kekurangan akses terhadap layanan penting seperti
imunisasi tetanus, sehingga berisiko lebih besar untuk meninggal.
Program imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia
subur telah menghilangkan tetanus neonatal pada bayi baru lahir, di tiga
wilayah pada empat kepulauan yang luas di Indonesia. Namun demikian, cakupan
vaksinasi yang lebih rendah di wilayah yang paling miskin, yaitu di Propinsi
Papua, menandakan bahwa tetanus neonatal tersebut tetap menjadi ancaman utama
di sana. Pada Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016, jumlah ibu
hamil yang diberikan imunisasi TT adalah 3.263.992 atau 61,44% dari total ibu
hamil di Indonesia. Sedangkan di Papua, dari 78.157 ibu hamil, tidak ada
seorangpun ibu hamil yang diberikan imunisasi TT.
Jumlah total kasus tetanus neonatorum tahun 2016 adalah 14
kasus, yaitu terjadi di Kalimantan Barat (4 kasus), Papua
(3), Sumatera Selatan (3), Aceh (2), Sumatera Barat (1) dan
Gorontalo (1). Jumlah kasus meninggal adalah 6 bayi dengan Case Fatality Rate
42,9%. Faktor Risiko terjadinya tetanus neonatorum meliputi Pemeriksaan
Kehamilan Rutin secara Tradisional (5 kasus), Status Imunisasi ibu Tidak
Diimunisasi TT (8 kasus), Penolong Persalinan secara Tradisional (9), Perawatan
Tali Pusat secara Tradisional (7), dan Pemotongan Tali dengan Bambu (8).
Setelah upaya pemerintah Indonesia memperbaiki akses terhadap layanan kesehatan
di daerah terpencil dan untuk meningkatkan tingkat vaksinasi di daerah yang
paling kurang beruntung, Indonesia dinyatakan telah menghapuskan tetanus
neonatal pada Sabtu, 21 Mei 2016 yang lalu. Hal ini berarti kurang dari
satu kasus tetanus neonatal terjadi per 1000 jiwa Kelahiran di setiap
kabupaten.
"Menghilangkan tetanus merupakan prestasi besar bagi
Indonesia," kata Dr. Jihane Tawilah, wakil WHO di Indonesia. "Tetanus
neonatal adalah simbol ketidaksetaraan layanan kesehatan (health inequality),
termasuk penduduk termiskin dan paling tidak berpendidikan." Indonesia
adalah satu dari sekian banyak negara yang telah bekerja keras untuk
memperbaiki akses terhadap layanan kesehatan bagi warga yang paling tidak
beruntung, sebagai bagian dari komitmennya untuk "tidak meninggalkan siapa
pun di belakang" (leave no one behind) dalam mengejar Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDG).
Pada akhir 1980-an secara global diperkirakan masih terjadi
787.000 kematian neonatal setiap tahunnya, yang disebabkan oleh tetanus. Lima
puluh tahun kemudian, vaksin yang terjangkau dan efektif telah tersedia,
setelah adanya resolusi ‘World Health Assembly’ 1989, yang
menyerukan untuk penghapusan tetanus neonatal. Resulosi juga menargetkan
penurunan angka kematian bayi baru lahir menjadi sekitar 200.000 pada tahun
2000, bahkan penurunan lebih lanjut menjadi hanya 49.000 kematian pada tahun
2013. Data menunjukkan bahwa kematian bayi tahunan karena tetanus neonatal pada
tahun 2014 secara global, telah turun menjadi hanya sekitar 59.000, dari
790.000 kematian pada tahun 1988. Terdapat 59 negara yang diklasifikasikan
sebagai prioritas tinggi untuk penghapusan tetanus neonatal pada tahun 2000 dan
38 negara ini telah mencapai eliminasi pada akhir 2015. Secara global, 130 juta
perempuan usia reproduksi telah diberikan setidaknya dua dosis vaksin tetanus
toxoid (TT), melalui kampanye vaksinasi antara 1999 dan 2015.
Fakta penghausan tetanus neonatal ini menunjukkan bahwa
Indonesia memiliki komitmen dan kepemimpinan yang kuat yang membantu
meningkatkan akses imunisasi, pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan
oleh tenaga terampil, khususnya untuk populasi yang paling rentan, yaitu orang
miskin, masyarakat terpencil dan terisolasi, di mana higienis kebidanan,
praktek postnatal dan pelayanan kesehatan lainnya yang belum
optimal. Keberhasilan mencapai eliminasi tetanus neonatal di
Indonesia, telah memberi alasan bagi seluruh dunia untuk optimis. Sudahkah kita
terlibat?
fx. wikan indrarto
dokter spesialis anak di RS Siloam@LippoPlaza dan RS Panti
Rapih, Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, Alumnus S3 UGM,
No comments:
Post a Comment